Tidak ada prasasti yang menyebutkan tentang sejarah pura Dalem Kangin yang ada di desa Tejakula. Namun, sejarah pura tersebut terungkap melalui penuturan leluhur-leluhur orang Tejakula yang menjaga cerita ini dari generasi ke generasi. Pura Dalem Kangin pada awalnya disungsung oleh Wangsa Lengkayan, sebuah keluarga atau kelompok masyarakat yang memiliki peran penting dalam kehidupan spiritual masyarakat Tejakula pada masa itu. Mereka melakukan pemujaan di pura ini sebagai bagian dari tradisi dan keyakinan yang telah turun-temurun.
Namun, sebuah bencana alam yang tidak diketahui secara pasti jenisnya, memaksa Wangsa Lengkayan mengungsi ke desa lain. Setelah bencana itu, Wangsa Lengkayan tidak kembali lagi ke Tejakula, dan dengan demikian, pura Dalem Kangin kehilangan penyungsungnya. Tanpa pemelihara atau penyungsung yang mengurusnya, pura tersebut sempat terlantar dalam waktu yang cukup lama.
Keadaan ini menyebabkan pura Dalem Kangin jatuh ke tangan masyarakat adat Tejakula, yang melihatnya sebagai bagian dari warisan spiritual mereka. Masyarakat adat mengambil tanggung jawab untuk merawat dan menjaga pura tersebut. Pada bulan Januari 2015, pura ini direnovasi untuk memulihkan kondisi fisiknya yang sudah mulai rusak akibat waktu dan alam. Renovasi ini bukan hanya untuk memperbaiki bangunan, tetapi juga untuk memulihkan hubungan spiritual yang telah lama terlupakan.
Sebagai bagian dari revitalisasi spiritual, dilaksanakanlah upacara Ngambeg, sebuah ritual persembahan berupa kepala kerbau. Ritual ini memiliki makna yang sangat kuat dalam tradisi di desa Tejakula, sebagai bentuk penghormatan kepada para Bhuta. Dalam tradisi Tejakula apabila selesai pembuatan candi di sebuah pura maka digelar Upacara Ngambeg. Dengan harapan agar masyarakat Tejakula tetap dilindungi dan diberkahi oleh para leluhur dan kekuatan alam semesta.
Sejak selesai digelar upacara Ngambeg, pura Dalem Kangin mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat. Dalam rangka menjaga keberlangsungan tradisi dan hubungan spiritual, dibuatkanlah hari Piodalan setiap sepuluh tahun sekali, yang jatuh pada Purnama Sasih Kawolu. Piodalan ini menjadi momen penting bagi masyarakat Tejakula untuk berkumpul dan merayakan penghormatan kepada para Dewa serta menjaga kesinambungan spiritual yang telah lama ada. Dengan diadakannya Piodalan secara berkala, pura Dalem Kangin kini kembali menjadi pusat kehidupan spiritual masyarakat Tejakula, meskipun sejarahnya telah dilalui dengan banyak perubahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar