Minggu, 26 Juni 2022

Sisi Keunikan Dresta Tejakula.

Desa Tejakula terkenal karena memiliki tradisi yang sangat unik. Sisi keunikannya adalah Betapapun besar Piodalan yang digelar di desa Tejakula, seorang pemangku terutama Mangku Kahyangan Tiga diperbolehkan menghaturkan Piodalan tersebut. Banyak sekali Piodalan Piodalan besar di Tejakula seperti Dangsil, Labuh Gentuh, Caru kerbau, yang seharusnya dipuput oleh seorang Sulinggih tetapi Mangku Kahyangan tiga diperbolehkan menghaturkannya. Itulah yang membuat desa-desa lain terkagum-kagum pada Dresta di Desa Tejakula. Setelah diteliti, ternyata Mangku kahyangan Tiga yang ada di Tejakula hampir sama derajatnya dengan seorang sulinggih. Dan uniknya Kahyangan Tiga yang ada di Tejakula terdiri dari lima pura yaitu pura Dalem Kangin, Dalem kauh,  Puseh, Bale Agung dan pura Segara.

Keunikan yang lain adalah pada saat menggelar Pawintenan seorang Pemangku, Tapakkan, jero dasaran, dan sebagainya boleh diinisiasi oleh Mangku Kahyangan Tiga. Padahal dalam sastra dijelaskan hanya seorang sulinggih yang diperbolehkan membersihkan seseorang menjadi pemangku. Di Desa Tejakula memiliki Awig-Awig tentang sah atau tidaknya menjadi seorang Pemangku. Apabila saat Mewinten atau Mabersih menjadi pemangku, jero Tapakan, jero dasaran, dan sebagainya disaksikan oleh Jero Bendesa dan Jero Bahu maka akan dianggap sah menjadi pemangku dan lain-lain. Kalau Mewinten di Griya Griya  atau di tempat lain tanpa disaksikan oleh Jero Bendesa dan Jero Bahu maka belum sah dipanggil jero. 

Masyarakat Tejakula sangat menjaga kesucian seorang pemangku. Karena di Tejakula seorang Pemangku tidak diperbolehkan Medelokan atau melayat ke rumah duka. Makanya Pemangku dilarang menghaturkan Upacara Ngaben. Hanya Sulinggih yang diperbolehkan Muput upacara Ngaben. Keunikan yang lain adalah tentang upacara Nyejegambe. Di Tejakula, Setiap selesai mendirikan rumah diwajibkan membuat upacara Nyejegambe. Sedangkan Desa les atau bondalem, biarpun sama-sama terletak di Kecamatan Tejakula tidak ada tradisi Nyejegambe. Tetapi jika orang luar Tejakula mendirikan rumah di wilayah Tejakula diwajibkan membuat upacara Nyejegambe. 

Orang-orang Tejakula Di manapun mereka mendirikan rumah, Entah di Denpasar atau di mana, diwajibkan membuat upacara Nyejegambe. Banten upakaranya sesuai dengan motif Tejakula. Jarang yang memakai banten yang bermotif luar Tejakula. Selain Upacara Nyejegambe, Sisi keunikan yang lain adalah upacara pawiwahan atau perkawinan. Jika ada wanita Tejakula dipinang oleh laki-laki dari luar Tejakula, mempelai wanita harus memakai Banten pawiwahan khas Tejakula. Begitu juga dengan kasus perceraian. Jika ada wanita Tejakula bercerai dengan laki-laki luar Tejakula, Banten pamitnya harus dari Tejakula. Begitu juga sebaliknya, jika ada wanita dari luar Tejakula bercerai dengan laki-laki Tejakula, harus memakai Banten khas Tejakula.

Lalu bagaimana dengan masalah kasta di Tejakula? Di Tejakula sebenarnya banyak sekali ada orang-orang yang berkasta tinggi seperti Gusti Arya, Pradewa, Satria Dalem, Satria Prabagus, Bhujangga dan lain-lain. Namun sesuai perjanjian di desa adat Tejakula sejak zaman dahulu, siapapun yang tinggal di Tejakula harus menerapkan konsep Asah Base yang artinya mau melepaskan kastanya. Namun zaman sekarang, etika masyarakatnya sudah makin bagus, banyak orang yang sudah pintar bahasa halus. Mengenai penghormatan untuk kasta kasta yang ada di Tejakula ada tiga jenis diantaranya Uti untuk panggilan Gusti Arya. Guru untuk panggilan Wangsa Arya, Tangkas, Dalem Sangsi dan lain lain. Dan Ajik untuk panggilan Wangsa Pradewa, Satria Dalem dan Satria Prebagus.

Lalu bagaimana dengan tradisi Ngaben di Desa Tejakula? Pada zaman dahulu di Desa Tejakula ada istilah upacara Metulen.  Perlu kita ketahui bahwa upacara Metulen adalah lanjutan dari upacara kematian yang dilakukan pada hari ke 42 dari proses pemakaman. Selain upacara metulen, ada juga istilah upacara Metuun yang dilakukan setelah genap satu  tahun dari proses pemakaman. Seiring dengan berkembangnya zaman, upacara Metulen dan Matuwun jarang digelar lagi.  menurut jenisnya, Ngaben dapat dibagi menjadi dua yaitu Ngaben pembakaran jenazah dan Ngaben pembakaran Sekah.

Ada juga upacara ciri khas desa adat Tejakula yaitu upacara Mekarya Bakti yaitu upacara yang setara dengan upacara Ngarorasin. Perbedaannya adalah jika Mekarya Bakti dipuput oleh Siwa Niskala melalui perantara Mangku Dalem.  Sedangkan upacara Ngerorasin dipuput oleh Siwa Skala atau sulinggih. Berikutnya adalah upacara Ngantukang Bulu Geles yang berisi caru sapi yang dilakukan di Pura Suci Tejakula. Upacara Ngantukang Bulu Geles adalah upacara yang setara dengan upacara Nyegara Gunung. Setelah Ngantukang Bulu Geles boleh langsung Ngelinggihang, boleh juga Meajar Ajar dulu lalu Ngelinggihang.  Zaman sekarang, adat Tejakula membebaskan umatnya dalam memilih upacara Ngaben. Mau memakai Dresta Tejakula maupun memakai acuan sastra, boleh-boleh saja.


Tidak ada komentar: