Sebelum saya membahas nama-nama Piodalan khas Tejakula, ijinkan saya terlebih dahulu membahas struktur pemerintahan desa adat Tejakula. Di Tejakula ada istilah Desa Negak yang artinya struktur pemerintahan desa adat tejakula yang berjumlah 22 orang diantaranya Jero Bendesa, Jero Penyarikan, Jero Bahu, dan 19 Semeton Desa.
Di luar Desa Negak ada juga istilah Kelian Sampingan Kaler yang jumlahnya 6 orang, dan Kelian Sampingan Kelod yang jumlahnya 6 orang juga. Mengenai Krama Tejakula dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu Krama desa dan Krama Dangka. Krama desa artinya setiap orang yang sudah menikah, wajib Mekrama sesuai pilihannya. Ada yang Menjadi Krama di Maksan Kelod, ada juga di Maksan Kaja, ada juga di Pengastulan, dan Mamas. Ingat, Maksan Kaje dan Maksan Kelod bukan nama sebuah pura. Tetapi nama sebuah Krama. Sedangkan Krama Pengastulan adalah nama Krama di pura Dangin Carik.
Sedangkan Krama Dangka artinya Mekrama di pura Dangka seperti misalnya di pura Tegal Mas, pura Pingit, Ratu Bagus, Ratu Gede, Pura Sekar, pura Kayu Mas, pura Betel Tinggal dan lain sebagainya.
Ada juga Krama Umbul Umbul Kaje, Umbul Umbul Kelod, dan Krama Cendek. Selain itu ada juga Krama Subak di pura Jati, pura Empelan, pura Sekar. Pura Salepang dan pura Yeh Lalang.
Desa Tejakula memiliki beberapa jenis tari baris adat diantaranya tari Baris Jojor yang berwarna kuning, tari Baris Blongsong berwarna putih, tari Baris Bedil berwarna hitam membawa tombak, dan tari Baris Perisi berwarna hitam membawa Tamiang. Sedangkan Cendek ada dua jenis diantaranya Cendek Maksan dan Cendek Luput atau Cendek Pande.
Nah sekarang barulah saya akan membahas nama-nama Piodalan khas Tejakula. Mengenai Piodalan Khas desa Tejakula diantaranya ada yang bernama Piodalan
Dangsil, Ngenemang, dan Labuh Gentuh.
Piodalan Dangsil jatuh setiap purnama Sasih Kalima atau
sekitar bulan November. Pura yang menggelar Piodalan Dangsil diantaranya :pura Puseh, Bale
Agung, Dalem dan Dangin Carik. Dalam kamus bahasa Kawi Dangsil merupakan persembahan yang terbuat dari berbagai jajanan tradisional seperti Jaje Pekayu, Jaje Gina, dan lain sebagainya. Kemudian dirangkai sedemikian rupa hingga menyerupai Meru atau gunung. Ritual Dangsil dilatarbelakangi oleh wujud bakti kepada tuhan agar diberikan ketentraman dan kemakmuran umatnya di dunia dengan hasil bumi yang melimpah. Setiap Dangsil di desa Tejakula pasti menggelar tari
Wayang Wong, tari Baris, tari Rejang dan lain-lain. Lalu ada istilah
Meprani yaitu makan bersama sebagai simbol ungkapan rasa syukur
kepada Sanghyang Widhi.
Selain Dangsil, di Tejakula juga memiliki Piodalan
Ngenemang. Ngenemang jatuh setiap purnama Sasih Ke enam menurut perhitungan kalender Bali atau bulan Desember. Pura yang menggelar Piodalan Ngenemang adalah Puseh, Bale Agung, pura Dalem, Dangin Carik dan Segara.
Kemudian ada istilah Labuh Gentuh yang digelar setiap sepuluh tahun sekali di pura Beji Tejakula. Ada satu hal yang paling unik yang dimiliki oleh desa adat tejakula yaitu setiap selesai pembuatan candi di sebuah pura, maka pura tersebut wajib dibuatkan upacara Ngambeg. Yaitu ritual Caru kepala kerbau. Dan seperti biasa wajib menggelar tari Wayang Wong di pura tersebut.